A. Pengertian Problem Posing
Secara harfiah, problem posing bermakna mengajukan soal atau masalah. Silver (1996:294) mengemukakan batasan problem posing sebagai berikut The term problem posing has been used to refer both to the generation of new problems and to the reformulation of given problems. Suryanto (dalam Siswono,1999:26-27) membagi definisi problem posing menjadi tiga, yaitu:
a. Problem posing yakni perumusan soal sederhana atau perumusan ulang soal
yang ada dengan beberapa perubahan agar lebih sederhana dan sanggup dikuasai. Hal ini terjadi dalam pemecahan soal-soal yang rumit, dengan pengertian bahwa problem posing merupakan salah satu langkah dalam menyusun rencana pemecahan masalah.
b. Problem posing adalah perumusan soal yang berkaitan dengan syarat-syarat pada soal yang telah dipecahkan dalam rangka pencarian alternatif pemecahan atau alternatif soal yang relevan.
c. Problem posing adalah perumusan soal atau pembentukan soal dari suatu situasi yang tersedia, baik dilakukan sebelum, saat atau sehabis pemecahan soal atau masalah.
Dalam proses pembelajaran matematika, problem posing sanggup dipandang sebagai pendekatan atau tujuan (Upu,2003:15). Sebagai suatu pendekatan, problem posing berkaitan dengan kemampuan guru memotivasi siswa melalui perumusan situasi yang menantang sehingga siswa sanggup mengajukan pertanyaan matematika yang sanggup diselesaikan dan berakibat pada kemampuan mereka untuk memecahkan masalah. Sebagai suatu tujuan, problem posing bekerjasama dengan kompleksitas dan kualitas duduk kasus matematika yang diajukan siswa. Dengan kata lain, Problem posing merupakan suatu pendekatan pembelajaran dengan cara pemberian tugas kepada siswa untuk menyusun atau membuat soal berdasarkan situasi yang tersedia serta dapat menyelesaikan soal yang telah dibentuk sendiri. Situasi dapat berupa gambar, cerita, atau isu lain yang berkaitan dengan materi pelajaran.
B. Ciri – Ciri Pendekatan Problem Posing
Thobroni dan Mustofa (2012: 350) menyatakan bahwa pembelajaran problem posing memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Guru berguru dari murid dan murid berguru dari guru.
b. Guru menjadi rekan murid yang melibatkan diri dan menstimulasi daya pemikiran kritis murid-muridnya serta mereka saling memanusiakan.
c. Manusia sanggup menyebarkan kemampuannya untuk mengerti secara kritis dirinya dan dunia daerah ia berada.
d. Pembelajaran problem posing senantiasa membuka belakang layar realita yang menantang insan kemudian menuntut suatu balasan terhadap tantangan tersebut.
Komponen Problem Posing
Pendekatan Problem posing ternyata sesuai dengan sistem matematis. Berpikir matematis terdiri dari atas beberapa komponen, yaitu:
1) Memahami duduk kasus atau perkara
2) Berusaha keluar dari kemacetan yang ada
3) Menemukan kekeliruan yang ada
4) Meminimumkan pembilangan
5) Meminimumkan tulis-menulis dalam perhitungan
6) Gigih dalam mencari seni administrasi pemecahan masalah
7) Membentuk soal atau masalah
Pembelajaran matematika melalui problem posing dibutuhkan merupakan pendekatan yang efektif, alasannya yakni kegiatan tersebut sesuai dengan rujukan pikir matematis, dalam arti :
1) Pengembangan matematika sering terjadi dari kegiatan membentuk soal,
2) Membentuk soal merupakan salah satu tahap dalam berpikir matematis.
Pembelajaran matematika memakai pendekatan problem posing kalau diperhatikan juga sesuai dengan pendapat Mel Silberman yang telah dikemukakan di atas. Semua potensi siswa (pendengaran,penglihatan dan pemikiran/jalan berpikir) dilibatkan dalampembelajaranmenggunakan pendekatan ini, sehingga siswa dibutuhkan bakal menguasai ilmu yang diserapnya.
C. Langkah – Langkah Pendekatan Problem Posing
Saminanto (Maulina, 2013: 20-21) menyatakan bahwa langkah-langkah pendekatan pembelajaran problem posing yakni :
1) Guru menjelaskan materi pelajaran memakai alat peraga.
2) Guru menawarkan latihan soal.
3) Siswa diminta mengajukan soal.
4) Secara acak guru meminta siswa untuk menyajikan soal temuannya di depan kelas.
5) Guru memberi kiprah rumah secara individu.
Sedangkan, langkah-langkah penerapan pendekatan problem posing dengan pembelajaran kooperatif yang dikemukakan oleh Saminanto, sejalan dengan pendapat Thobroni dan Mustofa (2012: 351) yang menyatakan bahwa:
1) Guru menjelaskan materi pelajaran kepada siswa memakai alat peraga untuk memfasilitasi siswa dalam mengajukan pertanyaan.
2) Siswa diminta untuk mengajukan pertanyaan secara berkelompok.
3) Siswa saling menukarkan soal yang telah diajukan.
4) Kemudian menjawab soal-soal tersebut dengan berkelompok.
D. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Problem Posing
Dari setiap Pendekatan niscaya ada kelebihan dan kekurangannya. Thobroni dan Mustofa (2012: 349) mengemukakan bahwa kelebihan dan kekurangan dari pendekatan problem posing yakni :
a. Kelebihan
Problem posing memiliki beberapa kelebihan, antara lain:
1. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mencapai pemahaman yang lebih luas dan menganalisis secara lebih mendalam perihal suatu topik.
2. Memotivasi siswa untuk berguru lebih lanjut.
3. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan sikap kreatif,
bertanggung jawab, dan bangun sendiri.
4. Pengetahuan bakal lebih usang diingat siswa alasannya yakni diperoleh dari hasil berguru
atau hasil eksperimen yang bekerjasama dengan minat mereka dan lebih terasa
berguna untuk kehidupan mereka.
b. Kekurangan
Selain kelebihan-kelebihan tersebut, problem posing memiliki kekurangn,
1. Membutuhkan lebih banyak waktu bagi siswa untuk menuntaskan kiprah yang diberikan.
2. Menyita lebih banyak waktu bagi pengajar, khususnya untuk mengoreksi kiprah siswa.
3. Siswa berkemampuan rendah tidak sanggup menuntaskan semua soal yang dibuatnya atau soal-soal yang dibuat oleh temannya yang memiliki kemampuan problem posing lebih tinggi.
E. Klasifikasi Bentuk Pengajuan Masalah Matematika
Pertanyaan matematika yakni pertanyaan yang mengandung duduk kasus matematika dan berkaitan dengan isu yang diberikan. Pertanyaan matematika ini dibagi menjadi dua, yaitu pertanyaan matematika yang sanggup diselesaikan dan pertanyaan matematika yang tidak sanggup diselesaikan. Suatu pertanyaan matematika sanggup diselesaikan kalau pertanyaan yang dibentuk siswa memuat isu yang cukup dari isu yang ada untuk diselesaikan. Pertanyaan matematika yang sanggup diselesaikan ini dibedakan lagi menjadi dua, yaitu pertanyaan matematika yang memuat isu gres dan pertanyaan matematika yang tidak memuat isu baru. Sedangkan suatu pertanyaan matematika tidak sanggup diselesaikan kalau pertanyaan yang dibentuk siswa memiliki tujuan yang tidak sesuai dengan isu yang diberikan.
Pertanyaan non matematika merupakan pertanyaan yang tidak mengandung duduk kasus matematika dan tidak memiliki kaitan dengan isu yang diberikan. Selain itu, masalah yang diajukan oleh siswa berbentuk pernyataan. Bentuk duduk kasus ini tidak mengandung kalimat pertanyaan yang mengarah kepada pertanyaan matematika ataupun pertanyaan non matematika.
Silver dan Cai menawarkan istilah pengajuan duduk kasus (problem posing) diaplikasikan pada tiga bentuk acara kognitif matematika yang berbeda, yaitu:
a. Pengajuan Pre Solution Posing yaitu seorang siswa menciptakan soal menurut isu yang diberikan. Artinya siswa menciptakan pengajuan soal menurut isu kiprah yang telah diberikan.
b. Pengajuan Within Solution Posing, yaitu seorang siswa membuat ulang soal ibarat yang telah diselesaikan.
c. Pengajuan Post Solution Posing, yaitu seorang siswa memodifikasi kondisi soal yang sudah diselesaikan untuk menciptakan soal yang baru.
KESIMPULAN
Problem posing yakni model pembelajaran yang melibatkan penerima didik dalam proses pembelajaran secara pribadi untuk memberi kesempatan kepada siswa dalam menganalisis permasalahan yang ada dengan serangkaian kegiatan-kegiatan yang lebih bermakna. Proses pembelajaran didominasi dengan kegiatan-kegiatan siswa yang secara pribadi dengan situasi yang telah diciptakan guru. Dalam kegiatan tersebut, maka siswa sanggup membuka wawasan yang dimilikinya dan menawarkan kesempatan yang luas untuk saling berkomunikasi.
DAFTAR PUSTAKA
RUSTINI, Yustina. PEMAHAMAN KONSEP PENDAPATAN NASIONAL MELALUI PEMBELAJARAN LANGSUNG DENGAN PENDEKATAN PROBLEM POSING.
SEPTI, Dian, et al. PENDEKATAN PROBLEM POSING DENGAN LATAR PEMBELAJARAN KOOPERATIF. Article, 2017, 8, 7
YASINTA, Dinda, et al. Efektivitas Pembelajaran Problem Posing untuk Mengoptimalkan Hasil Belajar Akutansi di Smk Negeri 1 Pontianak. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran , 2016, 5, 7.
0 Response to "Problem Posing"