Latest News

10 Pola Model Pembelajaran Yang Efektif

Macam-macam model pembelajaran - .com
Pembelajaran yaitu upaya membuat iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan siswa yang bermacam-macam supaya terjadi interaksi optimal antara guru, siswa, dan sumber belajar. Istilah model pembelajaran, pendekatan pembelajaran, seni administrasi pembelajaran, metode pembelajaran, dan teknik pembelajaran kadang dicampuradukkan pada ketika guru menyusun planning pembelajaran (RPP). Pada postingan kali ini kita tidak akan membahas semua istilah-istilah di atas, tetapi hanya menfokuskan pada pembahasan contoh-contoh model pembelajaran.

Model pembelajaran dibedakan dari istilah strategi, metode, dan prinsip pembelajaran. Model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada strategi, metode , dan prinsip pembelajaran. Model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
Dalam pengertian lain, model pembelajaran merupakan kerangka konseptual dan operasional pembelajaran yang mempunyai nama, ciri, urutan logis, pengaturan, dan budaya.
Model pembelajaran sanggup juga diartikan sebagai suatu cara, atau seni administrasi atau rangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh seorang guru dalam suatu pembelajarannya dari awal hingga akhir, dalam mengantar akseptor didik mencapai kompetensi tertentu.
Model pembelajaran yaitu suatu pola yang dipakai sebagai pedoman dalam pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam setting tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lainlain.
 yaitu upaya membuat iklim dan pelayanan terhadap kemampuan 10 Contoh Model Pembelajaran yang Efektif

Joyce (1994) mengemukakan lima unsur penting yang harus ada dari suatu model pembelajaran, yaitu:
(1) sintaks, yakni suatu urutan kegiatan,
(2) sistem sosial, yakni peranan guru dan siswa serta jenis hukum yang diperlukan,
(3) prinsip reaksi, yakni reaksi guru wacana cara memandang atau merespons pertanyaan pertanyaan siswa,
(4) sistem pendukung, yakni kondisi yang diharapkan oleh model tersebut, dan
(5) dampak instruksional dan dampak pengiring, yakni hasil yang akan dicapai siswa sehabis mengikuti pembelajaran.

Pendekatan pembelajaran matematika yaitu cara yang ditempuh oleh guru atau siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Pendekatan pembelajaran sanggup dibedakan dari segi metodologis dan dari segi materi yang akan dipelajari siswa.

Pendekatan yang bersifat metodologis berkenaan dengan bagaimana cara menyusun/mengemas materi pelajaran yang akan disajikan. Pendekatan yang bersifat metodologis di ataranya yaitu pendekatan kontekstual, analitis, sintetis, tematis, realistik, dan heuristik.

Sedangkan pendekatan yang bersifat material berkenaan dengan cara menyajikan konsep matematika melalui konsep matematika yang lain. Misalnya memahami suatu konsep seni dengan  pendekatan induktif atau deduktif. Contoh yang lain contohnya menyajikan konsep penjumlahan bilangan orisinil dengan pendekatan garis bilangan dan menyajikan konsep perkalian bilangan orisinil memakai pendekatan penjumlahan berulang.

Strategi pembelajaran yaitu perencanaan dan tindakan yang sempurna dan cermat mengenai kegiatan pembelajaran supaya kompetensi dasar sanggup tercapai. Strategi pembelajaran yang diterapkan dalam kerangka model pembelajaran yang dipilih oleh para guru sangat beragam. Hal ini bertujuan supaya kompetensi dari hasil berguru yang diharapkan akan cepat sanggup di capai dengan lebih  efektif dan efisien. Contoh seni administrasi pembelajaran contohnya seni administrasi pembelajaran aktif.

Metode pembelajaran yaitu cara memberikan materi pelajaran kepada siswa yang sanggup dipakai pada setiap mata pelajaran. Dengan perkataan lain, metode mengajar yaitu cara penyampaian materi pelajaran yang berlaku secara umum. Setiap guru sanggup memahaminya tanpa mempunyai keahlian khusus. Misalnya, penyampaian materi pelajaran melalui ceramah,  demonstrasi, diskusi, ekspositori merupakan cara penyampaian materi pelajaran yang berlaku secara umum. Oleh alasannya itu, ceramah, ,  demonstrasi, diskusi, ekspositori disebut metode mengajar.

Dari uraian wacana metode mengajar, tersirat bahwa guru-guru yang mengajar dalam mata pelajaran berbeda sanggup mempunyai pemahaman yang sama terhadap satu metode mengajar. Misalnya, seorang guru matematika dan seorang guru biologi sanggup sama-sama memahami pengertian metode pemecahan masalah. Namun ketika metode ini akan diterapkan untuk memberikan suatu topik matematika, maka guru biologi itu tidak sanggup menggunkannya untuk memberikan topik tersebut. Hal ini dikarenakan, meskipun guru biologi tersebut memami pengertian pemecahan masalah, tetapi tidak mempunyai keahlian dalam matematika. Dalam kondisi ibarat ini, nama metode pembelajaran itu berkembang menjadi nama suatu teknik pembelajaran.

Jadi, suatu metode pembelajaran, ketika diterapkan untuk memberikan topik tertentu dalam suatu mata pelajaran, maka ia disebut dengan teknik pembelajaran.
Oleh alasannya itu, dalam praktiknya istilah metode pembelajaran  sering dimaknai sebagai sinonim dari istilah teknik pembelajaran.

Namun demikian perlu direnungkan pendapat dari Nisbet (1985) bahwa tidak ada cara berguru (tunggal) yang paling benar, dan cara mengajar yang paling baik. Sehingga dari uraian dalam materi didik ini dan diskusi di dalam kegiatan ini diharapkan para akseptor sanggup mendesain pembelajaran dengan sempurna baik ditinjau dari materi pelajaran yang akan dipelajari kondisi warga berguru  maupun kondisi lain yang terkait dengan kegiatan pembelajaran.

Model Model Pembelajaran

1. Model Pembelajaran Langsung

Model pembelajaran pribadi tidak sama dengan metode ceramah.  Model pembelajaran pribadi merupakan salah satu model pembelajaran yang sanggup membantu siswa mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh warta yang sanggup diajarkan selangkah demi selangkah. Model pembelajaran pribadi yaitu suatu model pembelajaran yang dirancang secara khusus untuk mengembangkan berguru wacana pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan sanggup dipelajari selangkah demi selangkah.

Model pembelajaran pribadi memerlukan perencanaan dan pelaksanaan yang cukup rinci terutama pada analisis tugas. Meskipun model pembelajaran pribadi berpusat pada guru, tetapi harus tetap menjamin keterlibatan siswa. Lingkungan berguru harus diciptakan yang berorientasi pada tugas-tugas yang harus diselesaikan warga belajar.

Beberapa kelebihan model pembelajaran langsung ibarat seolah-olah antara lain berikut.
a. Materi yang disajikan relatif lebih banyak untuk waktu yang singkat.
b. Untuk materi yang sifatnya prosedural, model pembelajaran pribadi  mudah diikuti.

 Sedangkan kelemahan model pengajaran langsung antara lain bila pembelajaran tidak dirancang dengan baik, maka model ini akan dipenuhi dengan metode ceramah yang tidak melatih siswa untuk mandiri, dan mengkonstruksi pengetahuan sendiri, dan  dapat membuat  siswa akan cepat bosan.

Ciri-ciri Model Pembelajaran Langsung
Dalam impementasinya model pembelajaran pribadi sanggup diketahui dari tahap-tahap pembelajaran yang jelas. Tahap tersebut contohnya  pada awal pembelajaran guru menjelaskan tujuan, latar belakang pembelajaran, dan juga menyiapkan siswa untuk memasuki materi gres dengan mengingatkan kembali pada hasil berguru yang telah dimiliki siswa yang relevan dengan materi yang akan dipelajari. Pada tahap awal juga terdapat apersepsi, introduksi dan motivasi.
Tahap selanjutnya yaitu guru memulai mendemonstrasikan/ mempresentasikan materi didik mengenai ketrampilan tertentu. Pada ketika mendemonstrasikan pengetahuan, guru memperlihatkan warta yang terang dan spesifik kepada siswa, sehingga akan memperlihatkan dampak yang positif terhadap proses berguru siswa. Kemudian guru memberi kesempatan kepada siswa untuk melaksanakan latihan dan memberi umpan balik terhadap keberhasilan siswa.

Tahapan model pembelajaran langsung
Model pembelajaran pribadi yaitu model pembelajaran yang disajikan dengan tahap-tahap:
(1) penyampaian tujuan pembelajaran mekanisme penilaian hasil belajar,
(2) mendemonstrasikan ilmu pengetahuan dan keterampilan,
(3) santunan latihan terbimbing,
(4) mengecek pemahaman dan santunan umpan balik, dan
(5) santunan ekspansi latihan dan pemindahan ilmu.

Tujuan Model Pembelajaran Langsung
Pembelajaran dengan model pembelajaran pribadi lebih menekankan pada kegiatan guru, artinya guru lebih banyak demonstrasi dari guru sehingga salah satu di antaranya metode yang dipakai yaitu metode demonstrasi. Namun demikian tetap harus memperhatikan keaktifan siswa. Dalam praktiknya guru dituntut keaktifan, ketrampilan, kreatifitas dan kemahiran dalam berdemonstrasi.

Secara singkat tujuan dari model pembelajaran pribadi adalah:
(a) mengajarkan materi pelajaran beroreintasi pada teknik penilaian unjuk kerja, dan
(b) membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan dan ketrampilan prosedural/tersetruktur, yaitu pengetahuan atau ketrampilan wacana bagaimana melaksanakan sesuatu.

Sintaks Model Pembelajaran Langsung
Dalam membelajarkan matematika dengan model pembelajaran langsung, diharapkan serangkaian  metode pembelajaran seperti, metode ekspositori, ceramah, tanya jawab, diskusi dan lain-lain.

Pembelajaran pribadi dengan urutan (sintaks) sebagai berikut ini:
a. Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa
b. Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan
c. Membimbing pelatihan
d. Mengecek  pemahaman dan memperlihatkan umpan  balik
e. Memberikan latihan dan penerapan konsep

2. Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama, yakni kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran.  siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan.
Tujuan pembelajaran kelompok yaitu untuk membangkitkan interaksi yang efektif diantara anggota kelompok melalui diskusi. Dalam hal ini sebagian besar aktifitas pembelajaran berpusat pada pesrta didik, yakni mempelajari materi pelajaran, berdiskusi untuk memecahkan masalah. Dengan interaksi yang efektif dimungkinkan semua anggota kelompok sanggup menguasai materi pada tingkat yang relatif sejajar.

Sekurang-kurangnya ada tiga tujuan yang ingin dicapai dalam berguru kelompok, yaitu:
(1) hasil berguru akademik,
(2) ratifikasi adanya keragaman, dan
(3) pengembangan keterampilan sosial.

Bila ditinjau dari hasil berguru akademik, model pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Banyak hebat beropini bahwa model pembelajaran kooperatif unggul dalam membantu siswa yang sulit.

Bila ditinjau dari ratifikasi adanya keragaman, model pembelajaran kooperatif bertujuan supaya siswa sanggup mendapatkan teman-temannya yang mempunyai banyak sekali macam perbedaan latar belakang. Perbedaan tersebut antara lain perbedaan ras, suku, agama, kemampuan akademik, dan tingkat sosial.

Jika ditinjau dari pengembangan keterampilan sosial, model pembelajaran kooperatif bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan sosial yang dimaksud dalam pembelajaran kooperatif antara lain yaitu : membuatkan tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, bekerja dalam kelompok, dan sebagainya.

Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif.
Ciri-ciri pembelajaran kooperatif berdasarkan Stahl (dalam Ismail (2003), adalah:
(1) berguru dengan teman,
(2) tatap muka antar teman,
(3) mendengarkan antar anggota,
(4) berguru dari sobat sendiri dalam kelompok,
(5) berguru dalam kelompok kecil,
(6)  produktif berbicara atau mengemukakanpendapat/gagasan,
(7) siswa membuat keputusan, dan
(8) siswa aktif.

Sedangkan berdasarkan Johnson (1984) berguru kooperatif mempunyai ciri-ciri:
(1) saling ketergantungan yang positif,
(2) sanggup dipertanggungjawabkan secara individu,
(3) heterogin,
(4) membuatkan kepepimpinan,
(5) membuatkan tanggungjawab,
(6) ditekankan pada kiprah dan kebersamaan,
(7) mempunyai keterampilan dalam berafiliasi sosial,
(8) guru mengamati, dan
(9) efektivitas tergantung pada kelompok.

Dengan demikian  di dalam pembelajaran kooperatif haruslah terjadi kegiatan sebagai berikut:

  1. siswa berguru dalam kelompok, produktif mendengar,  mengemukakan pendapat, dan membuat keputusan secara bersama,
  2. kelompok terdiri dari siswa-siswa yang mempunyai kemampuan tinggi, sedang, dan rendah,
  3. jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang terdiri dari banyak sekali ras, suku, agama, budaya, dan jenis kelamin yang berbeda, maka diupayakan supaya dalam setiap kelompok pun terdapat terdapat ras, suku, agama, dan jenis kelamin yang berbeda pula, dan
  4. penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok daripada kerja perorangan.


Aktivitas dalam model pembelajaran kooperatif dimulai dengan membagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil 3 – 5 siswa per kelompok. Setiap siswa ditempatkan di dalam kelas sedemikian rupa sehingga antara anggota kelompok sanggup berguru dan berdiskusi dengan baik tanpa mengganggu kelompok yang lain. Guru membagi materi pelajaran, baik berupa lembar kerja siswa, buku, atau penugasan. Selanjutnya guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan memperlihatkan pengarahan wacana materi yang harus dipelajari dan permasalahan-permasalahan yang harus diselesaikan. siswa secara sindiri-sendiri mempelajari materi pelajaran, dan kalau ada kesulitan mereka saling berdiskusi dengan teman-temannya dalam kelompok.
Untuk menguasai materi pelajaran atau menuntaskan tugas-tugas yang diberikan, setiap siswa dalam kelompok ikut bertanggungjawab secara bersama, yakni dengan cara berdiskusi, saling tukar ide/gagasan, pengetahuan dan pengalaman, demi tercapainya tujuan pembelajaran secara bersama-bersama.

Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Pengelolaan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif, paling tidak ada tiga tujuan yang ingin dicapai, yaitu :
1) Hasil berguru akademik
Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Banyak hebat beropini bahwa model pembelajaran kooperatif unggul dlam membantu siswa yang sulit.
2) Pengakuan Adanya Keragaman
Model pembelajaran kooperatif bertujuan supaya siswa sanggup mendapatkan teman-temannya yang mempunyai banyak sekali macam perbedaan latar belakang. Perbedaan tersebut antara lain perbedaan ras, suku, agama, kemampuan akademik, dan tingkat sosial.
3) Pengembangan keterampilan sosial
Model pembelajaran kooperatif bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan sosial yang dimaksud dalam pembelajaran kooperatif antara lain yaitu : membuatkan tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, bekerja dalam kelompok, dan sebagainya.

Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif
Dalam model pembelajaran kooperatif terdapat enam langkah utama, yang dimulai dengan langkah guru memberikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar, hingga diakhiri dengan langkah memperlihatkan penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok maupun individu. Model pembelajaran kooperatif mempunyai seni administrasi yang dijabarkan dalam langkah-langkah (sintak) pembelajaran  sebagai berikut.
1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
2 Menyajikan informasi
3 Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok
4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar
5 Evaluasi
6 Memberi penghargaan

3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan salah satu tipe dari pembelajaran kooperatif. Kekhasan dari model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yaitu pada pembagian kelompok. Pembagian kelompok dilakukan melalui beberapa tahapan. Tahapan yang pertama membagai kelompok  secara heterogen yang dikenal dengan kelompok asal, dan pembagian kelompok tahap kedua yaitu pembagian kelompok keahian (expertise) yang berasal dari kelompok asal. Kelompok keahlian ini merupakan peminatan dari masing-masing individu di kelompok asal.

Ciri-Ciri Model Kooperatif Tipe Jigsaw
Dalam model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini siswa bekerja dalam suatu kelompok (ada kelompok asal dan kelompok ahli) yang terdiri dari beberapa siswa yang heterogen. Setiap murid dalam kelompok (kelompok asal) nantinya akan diberi kiprah untuk menjadi tim hebat pada suatu topik tertentu. Setelah mempelajari/berdiskusi dalam kelompok ahli, masing-masing murid akan kembali lagi ke dalam kelompok asal untuk melaporkan apa yang mereka pelajari dalam kelompok ahli.

Tujuan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
Tujuan dari pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yaitu sebagai berikut.
- siswa memperoleh kesempatan untuk menentukan kiprah sesuai dengan peminatannya.
- siswa memperoleh kesempatan untuk menentukan lebih mendalami tugas-tugas yang sesuai dengan peminatannya bersama dengan sobat yang mempunyai pemanatan yanga sama.
- siswa memperoleh kesempatan untuk menjelaskan pada sobat lain pada kelompok asal sehingga secara otomatis siswa sanggup mengelaborasi pengalaman yang diperolehnya dari kelompo hebat   (expertice group).

Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif  Jigsaw
Secara ringkas, langkah-langkah pembelajaran memakai model pembelajaran tipe Jigsaw yaitu sebagai berikut.
a) Orientasi
Guru  menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan diberikan. Mengingatkan senantiasa percaya diri, kritis, dan kerjasama. siswa diminta berguru konsep secara keseluruhan  untuk memperoleh citra keseluran dari konsep.

b) Pengelompokan (kelompok asal)
Tahap pembentukan kelompok pertama: Kelompok dibuat dari peseta didik yang heterogen, contohnya 4 kelompok (A – D). Misalkan Kelompok A berisi himpunan siswa {A1, A2, A3, A4}, indeks merupakan akseptor yang saling heterogen, demikian kelompok B {B1, B2, B3, B4}, kelompok C {C1, C2, C3, C4}, dan kelompok D {D1, D2, D3, D4}.

c) Pembentukan dan pembinaan kelompok ahli
Tahap pembentukan kelompok kedua: dari kelompok hiterogen itu dipecah menjadi kelompok yang akan mempelajari materi yang kita berikan dan dibina supaya jadi ahli, berdasarkan indeknya. Misal pada kelompok di atas akan dikelompokkan lagi menjadi kelompok ahli. Misalnya ibarat berikut Kelompok 1 {A1, B1, C1, D1}, Kelompok 2 {A2, B2, C2, D2 }, Kelompok 3 {A3, B3, C3, D3 }, Kelompok 4 dan {A4, B4, C4, D4 }. Pembentukan kelompok hebat ini ditentukan oleh ketua kelompok bentukan pertama.

d) Diskusi (Pemaparan) kelompok hebat dalam kelompok
Expert (siswa ahli) dalam konsep tertentu ini, masing-masing kembali dalam kelompok semula. Pada fase ini ke-lima kelompok (1-4) mempunyai hebat dalam konsep-konsep tertentu (Workksheet 1-4). Selanjutnya eserta didik dipersilah untuk mempresentasikan keahliannya kepada kelompoknya masing-masing, satu persatu. Proses ini diharapkan akan terjadi shearing pengetahuan antara mereka.
Aturan dalam fase ini adalah:
(1) Siswa mempunyai tanggung jawab untuk memastikan bahwa setiap anggota tim mempelajari materi yang diberikan,
(2) memperolah pengetahuan gres yaitu tanggung jawab bersama, jadi tidak ada yang selsai berguru hingga setiap anggota menguasai konsep,
(3) tanyakan pada anggota kelompok sebelum tanya pada guru,
(4) pembicaraan dilakukan secara pelan supaya tidak menggangu kelompok lain,
(5) akhiri diskusi dengan “merayakannya” supaya memperoleh kepuasan.

e) Test (Penilaian).
Pada fase ini guru memperlihatkan test tulis untuk dikerjakan oleh siswa yang memuat seluruh konsep yang didiskusikan. Pada test ini siswa tidak diperkenankan untuk bekerjasama. Jika mungkin kawasan duduknya agak dijauhkan.

f) Pengakuan Kelompok
Penilaian pada pembelajaran kooperatif berdasarkan skor peningkatan individu, tidak didasarkan pada skor final yang diperoleh siswa, tetapi berdasarkan pada seberapa jauh skor itu melampaui rata-rata skor sebelumnya. Setiap siswa sanggup memperlihatkan bantuan poin maksimum pada kelompoknya dalam sistem skor kelompok.  Siswa memperoleh skor untuk kelompoknya didasarkan pada skor kuis mereka melampaui skor dasar mereka. Perhitungan skor peningkatan, dan kriteria penghargaan kelompok memakai kriteria berikut.

4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams-Achievement Divisions )

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD, merupakan salah satu tipe dari pembelajaran kooparatif. Perbedaan yang menonjol dari model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan JIGSAW yaitu pada tahapan pengelompokkan.

Ciri Model Kooperatif Tipe STAD
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Pembentukan kelompok dilakukan secara heterogen tanpa harus mengikuti hukum tertentu (tidak ibarat model Jigsaw). Anggota kelompok yang memahami tugas-tugas atau sanggup menuntaskan kiprah diberi kiprah untuk menjelaskan pada anggota lain dalam  kelompoknya.

Tujuan
Tujuan model pembelajaran kooperatif tipe STAD sama dengan tujuan pembelajaran kooperatif pada umumnya. Pembelajaran kooperatif STAD bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik, siswa yang mempunyai kemampuan daisiswa yang lain sanggup membantu siswa yang mengalami kesulitan. Tujuan pembelajaran kooperatif tipe STAD juga bertujuan supaya siswa sanggup mendapatkan teman-temannya yang mempunyai banyak sekali macam perbedaan latar belakang, menghargai pendapat orang lain, bekerja dalam kelompok, dan sebagainya.

Sintaks
Sintaks dari pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagai berikut.
1) Membentuk kelompok yang anggotanya 4-5 orang secara heterogen (campuran berdasarkan prestasi, jenis kelamin, suku, dll)
2) Guru menyajikan pelajaran.
3) Guru memberi kiprah kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok. Anggota kelompok yang mengetahui menjelaskan pada anggota lainnya hingga semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
4) Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada ketika menjawab kuis dihentikan saling membantu
5) Memberi evaluasi
6) Kesimpulan


5. Model Pembelajaran Cooperative Script

Skrip kooperatif merupakan model pembelajaran dimana siswa  bekerja berpasangan dan bergantian, secara verbal mengikhtisarkan, bagian-bagian dari materi yang dipelajari.

Ciri Model Pembelajaran Cooperative Script
Ciri Pembelajaran Cooperative Script yaitu masing-masing siswa berpasangan, dimana salah satu menjadi pembicara dan yang satunya menjadi pendengar.

Tujuan
Tujuan dai model pembelajaran kooperatif tipe script yaitu siswa sanggup berguru berdikari dari suatu tugas, dan sanggup mengajarkannya pada akseptor lain (pasangannya).

Sintaks
Langkah-langkah model pembelajaran cooperative script sebagai berikut.
1) Guru membagi siswa untuk berpasangan
2) Guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan.
3) Guru dan siswa  menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.
4. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya, sementara pendengar menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap dan membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya
5. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya.
6. Kesimpulan siswa tolong-menolong dengan Guru
7. Penutup


6. Model pembelajaran Make - A Match

Model pembelajaran Make - A Match merupakan serpihan dari model pembelajaran kooperatif dimana setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartu yang dipegangnya (kartu soal jawaban). Setiap siswa yang sanggup mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin untuk penghargaan/penilaian.

Ciri-ciri
Ciri model pembelajaran Make - A Match yaitu disiapkannya  beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu serpihan kartu soal dan serpihan lainnya kartu jawaban. Ciri yang lain siswa menentukan pasangan secara tertentu tidak asal-asalan, alasannya tergantung dari balasan pada kartu.

Tujuan
Tujuan dari penerapan model pembelajaran  tipe Make-A Match antara lain sebagai berikut.
1) Melatih siswa dalam berkompetisi untuk memperolah kesempatan bekerja sama secara cepat dengan siswa yang lain dalam memcari pasangan (jawaban).
2) Berlatih berfikir cepat melalui kegiatan membaca soal dalam kartu.
3) Berlatih berfikir cepat melalu kegiatan membaca balasan dari soal yang dipegang pada siswa yang lain.
4) Melatih bekerja sama antar siswa melalui pasangannya.

Sintaks
Langkah-langkah model pembelajaran Make - A Match sebagai berikut.
1) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu serpihan kartu soal dan serpihan lainnya kartu jawaban.
2) Setiap siswa menerima satu buah kartu.
3) Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.
4) Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban).
5) Setiap siswa yang sanggup mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.
6) Setelah satu babak kartu dikocok lagi supaya tiap siswa menerima kartu yang berbeda dari sebelumnya
7) Demikian seterusnya
8) Kesimpulan/penutup

7. Model pembelajaran Cooperative Learning tipe CIRC

Cooperative Integrated Reading and Composition disingkat CIRC. CIRC merupakan salah satu tipe model pembelajaran Cooperative Learning. Model CIRC banyak dipakai dalam pembelajaran bahasa, tetapi model ini juga sanggup diterapkan dapam pembelajaran matematika khususnya terkait dengan soal kisah (word problem) atau soal pemecaham masalah.
Dalam pembelajaran, guru memperlihatkan wacana/kliping atau soal kisah matematika yang sesuai dengan topik pembelajaran, siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan wangsit pokok dan memberi tanggapan. Slavin ((1995:98) menyatakan bahwa “in addition to solving the problems of management and motivation in individualized programmed instruction, CIRC was created to take advantage of the considerable socialization potential of cooperative learning”.  

Ciri Model pembelajaran  CIRC  
Kegiatan pokok dalam CIRC untuk memecahkan soal kisah mencakup rangkaian kegiatan bersama yang spesifik, yakni:
(1) Salah satu anggota kelompok membaca atau beberapa anggota saling membaca,
(2) membuat prediksi atau menafsirkan atas isi soal cerita, termasuk menuliskan apa yang diketahui, apa yang ditanyakan, dan memisalkan yang ditanyakan dengan suatu variabel tertentu,
(3) saling membuat ikhtisar atau planning penyelesaian soal cerita, dan
(4) menuliskan penyelesaian soal ceritanya secara urut (menuliskan urutan komposisi penyelesaiannya), dan
(5) saling merevisi dan mengedit pekerjaan/penyelesaian (jika ada yang perlu direvisi).

Tujuan
Tujuan dari penerapan model pembelajaran  CIRC  antara lain sebagai berikut.
1) Melatih akseptor didk untuk bisa menganalisis permasalahan melalui kegiatan pembagian clipping/soal/tugas.
2) siswa berguru menemukan ide-ide dari kerja kelompok.
3) siswa berguru mempresentasikan hasil pemecahan tugas-tugas yang diberikan.
4) Perserta didik dilatih untuk membuat kesimpulan dari suatu konsep.  

Sintaks
Dengan mengadopsi model pembelajaran Cooperative Learning tipe CIRC untuk melatih siswa meningkatkan keterampilannya dalam menuntaskan soal cerita, maka langkah yang ditempuh seorang guru mata pelajaran yaitu sebagai berikut.
1) Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang yang secara heterogen
2) Guru memperlihatkan wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran.
3) Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan wangsit pokok dan memberi tanggapan terhadap wacana/kliping dan ditulis pada lembar kertas.
4) Mempresentasikan/membacakan hasil kelompok
5) Guru membuat kesimpulan bersama
6) Penutup

8. Model pembelajaran INSIDE-OUTSIDE-CIRCLE

Model pembelajaran INSIDE-OUTSIDE-CIRCLE atau diterjemahkan sebagai model pembelajaran Lingkaran Kecil-Lingkaran Besar yaitu model pembelajaran koopertaif  dimana dua siswa yang berpasangan dari bulat kecil dan besar membuatkan informasi. Pertukaran warta ini bisa dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang bersamaan.

Model pembelajaran INSIDE-OUTSIDE-CIRCLE  antara lain mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.
1) Separuh kelas berdiri membentuk bulat kecil dan menghadap keluar
2) Separuh kelas lainnya membentuk bulat di luar bulat pertama, menghadap ke dalam
3) Dua siswa yang berpasangan dari bulat kecil dan besar membuatkan informasi. Pertukaran warta ini bisa dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang bersamaan
4) Kemudian siswa berada di bulat kecil membisu di tempat, sementara siswa yang berada di bulat besar bergeser satu atau dua langkah searah jarum jam.
5) Sekarang giliran siswa berada di bulat besar yang membagi informasi. Demikian seterusnya…

Tujuan
Tujuan dari penerapan model pembelajaran INSIDE-OUTSIDE-CIRCLE antara lain sebagai berikut.
1) Melatih siswa untuk bisa memperlihatkan warta secara cepat dan sempurna pada siswa yang lain.
2) Melatih siswa berguru menemukan ide-ide dari kerja kelompok.

Sintaks
Sintak dari model pembelajaran INSIDE-OUTSIDE-CIRCLE antara lain sebagai berikut.
1) Guru memberikan tujuan pembelajaran, apersepsi, motivasi, dan introduksi.
2) Guru menyajikan konsep dengan cara membagikan lembaran kiprah berisi topik-topik kepada siswa untuk dipelajari.
3) Setelah siswa mendapatkan mempelajari topic-topik tahap selanjutnya yaitu membuat lingkaran.
4) Separuh kelas berdiri membentuk bulat kecil dan menghadap keluar.
5) Separuh kelas lainnya membentuk bulat di luar bulat pertama, menghadap ke dalam.
6) Dua siswa yang berpasangan dari bulat kecil dan besar membuatkan informasi. Pertukaran warta ini bisa dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang bersamaan.
7) Kemudian siswa berada di bulat kecil membisu di tempat, sementara siswa yang berada di bulat besar bergeser satu atau dua langkah searah jarum jam.
8) Sekarang giliran siswa berada di bulat besar yang membagi informasi. Demikian seterusnya..
9) Guru melaksanakan konfirmasi.
10) Penutup.

9. Model pembelajaran SNOWBALL THROWINGS

Model pembelajaran SNOWBALL THROWINGS juga merupakan salah satu tipe dari berguru kelompok. Model pembelajaran SNOWBALL THROWINGS dilakukan dengan cara membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memperlihatkan klarifikasi wacana materi yang dipelajari. Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok.  Kemudian kertas tersebut dibuat ibarat bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain untuk dijawab.

Ciri-ciri dari Model pembelajaran SNOWBALL THROWINGS antara lain sebagi berikut.
1) siswa yang diberikan lembar untuk diberikan kesempatan membuat soal dari materi yang dipelajarai.
2) siswa yang lain memperoleh kesempatan untuk menajwab soal dari sobat yang dibuat sendiri.

Tujuan
Tujuan dari model pembelajaran SNOWBALL THROWINGS antara lain sebagai berikut.
1) Melatih siswa untuk membuat soal dari materi yang dipelajari.
2) Melatih siswa untuk bertanggung jawab dengan menjawab soal yang dibuat sobat sebayanya.

Sintaks
Sintaks model pembelajaran SNOWBALL THROWINGS antara lain sebagai berikut.
1) Guru memberikan materi yang akan disajikan
2) Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memperlihatkan klarifikasi wacana materi
3) Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya
4) Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok
5) Kemudian kertas tersebut dibuat ibarat bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama ± 15 menit
6) Setelah siswa sanggup satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian
7) Evaluasi
8) Penutup.

10. Model pembelajaran Student Facilitator and Explaining

Model pembelajaran Student Facilitator and Explaining yaitu model pembelajaran yang memperlihatkan kesempatan siswa untuk menjelaskan kepada akseptor lainnya baik melalui bagan/peta konsep maupun yang lainnya  setelah guru menyampikan materi pembelajaran. Setelah siswa  menyampaikan materi pembelajaran pada akseptor lainnya guru menyimpulkan ide/pendapat dari siswa tersebut yang berupa konfirmasi.

Ciri dari model pembelajaran Student Facilitator and Explaining antara lain sebagai berikut.
1) siswa untuk menjelaskan kepada akseptor lainnya.
2) Guru menyimpulkan ide/pendapat dari siswa yang berupa konfirmasi.

Tujuan
Tujuan dari model pembelajaran Student Facilitator and Explaining antara lain sebagai berikut.
1) Membangkitkan keberana siswa untuk mengungkapkan pendapatnya.
2) Mengjarkan siswa untuk banyak sekali pengetahuan.

Sintaks
Sintaks dari model pembelajaran model pembelajaran Student Facilitator and Explaining sebagai berikut.
1) Guru memberikan kompetensi yang ingin dicapai.
2) Guru mendemonstrasikan/menyajikan materi.
3) Memberikan kesempatan siswa/peserta untuk menjelaskan kepada akseptor lainnya baik melalui bagan/peta konsep maupun yang lainnya
4) Guru menyimpulkan ide/pendapat dari siswa.
5) Guru menandakan semua materi yang disajikan ketika itu.
6) Penutup .

Demikianlah sepuluh model pembelajaran yang mungkin sanggup diterapkan pada model pembelajaran pada kelas anda.  Para guru diharapkan sanggup terus mengembangkan model pembelajaran sesuai dengan kondisi dan keadaan. Sekali lagi dengan memperhatikan pendapat dari Nisbet (1985) bahwa tidak ada cara berguru (tunggal) yang paling benar, dan cara mengajar yang paling baik. Namun demikian perjuangan supaya proses pembelajaran membawa hasil yang maksimal perlu selalu diupayakan.

DAFTAR PUSTAKA
Joyce, Bruce and Marshal Weil. 1994. Model of Teaching. Second Edition, London Prentice/Hal International, Inc.
Joyce, Bruce.1992.  Models of Teaching. Fourth Edition.  Boston: Allyn & Bacon.

Tags:

model model pembelajaran di sekolah dasar, model model pembelajaran kooperatif, model model pembelajaran yang efektif, model model pembelajaran inovatif, model model pembelajaran matematika, model2 pembelajaran, model model pembelajaran download, macam macam model pembelajaran, pengertian model pembelajaran, metode pembelajaran, model pembelajaran terbaru, model pembelajaran jigsaw, model pembelajaran kurikulum 2013

0 Response to "10 Pola Model Pembelajaran Yang Efektif"

Total Pageviews