MAU BERTANYA NGGAK SESAT DI JALAN #AskBNI Bertanya, ialah acara berkomunikasi yang sering dilakukan oleh semua manusia. Akan tetapi tidak semua berani untuk bertanya. Mengapa demikian? Karena untuk bertanya diharapkan keberanian dalam mengungkapkan pertanyaan yang mengelilingi pikiran kita. Orang yang sering bertanya biasanya dianggap kepo. Lalu, apa bergotong-royong kepo itu? Yups, kepo itu sering dianggap sebagai rasa keingintahuan yang tinggi. Banyak orang yang menganggap kalau kepo itu ialah hal yang negatif. Tapi, apakah benar demikian? Tidak selamanya perilaku kepo itu selalu negatif. Orang yang kepo pastilah sering bertanya. Jika kita bertanya sudah tentu kita bakal mendapat jawaban. Dimana tanggapan tersebut bakal sanggup menambah wawasan kita. Yups, benar kata pepatah kita "malu bertanya sesat di jalan". Pepatah tersebut sudah terang mengartikan bahwa kalau kita "mau bertanya nggak sesat di jalan". Kali ini saya ingin menceritakan pengalaman saya selama tinggal di korea selatan. Yups, selama satu bulan saya tinggal di kota busan. Tinggal dinegeri orang dengan perbedaan latar belakang, sosial dan budaya dan sudah tentu perbedaan bahasa. Walaupun saya tidak begitu fasih berbahasa korea, bakal tetapi saya tidak mau melewatkan momen berharga saya selama di korea untuk tidak bertanya wacana aneka macam hal di korea yang menarik. Selama menempuh pendidikan disana rasa keingintahuan saya wacana korea selatan sangat tinggi. Baik itu dari budaya maupun wacana pendidikan disana. Saya masih beruntung alasannya ialah di kampus saya masih ada transletter. Yups, alasannya ialah saya disana dikirim oleh pemerintah kota surabaya. Sehingga pihak pemerintah kota surabaya bekerja sama dengan pihak dong eui university untuk memfasilitasi guru-guru yang mencar ilmu disana. Jadwal kuliah saya hari senin, selasa, kamis dan jumat. Untuk hari rabu dan sabtu khusus trip, dan hari ahad sudah tentu saya libur atau hari free bagi saya. Saat saya free di hari ahad tentunya saya melaksanakan acara jalan-jalan. Tempat yang selalu saya kunjungi dihari ahad ialah pasar nampodong. Saat berbelanja saya ditemani dua orang mahasiswa dari surabaya. Alhasil diawal saya kesana untuk berkomunikasi dengan para pedagang mungkin gampang alasannya ialah dua mahasiswa tersebut membantu saya mentraslette bahasa indonesia ke bahasa korea. Hingga di minggu-minggu berikutnya saya kepasar nampodong dan berpencar. Karena barang-barang yang saya beli tidaklah sama. Saya berjalan dengan sahabat saya tanpa ditemani dua mahasiswa indonesia yang biasanya menjadi tranletter saya. Dengan bekal bahasa korea yang minim saya nekat berpencar dengan rombongan saya. Aku merasa tertarik dengan salah satu toko yang menjual sepatu dan sandal. Dengan nekat saya bertanya pada penjual toko memakai bahasa inggris. Karena menurutku bahasa inggris ialah bahasa internasional. Akan tetapi ketika saya memakai bahasa tersebut untuk bertransaksi, hal tersebut tidak berlaku. Penjual di toko tersebut hanya diam. Hingga saya bertanya pada sahabat saya "masih ingat gak bahasa koreanya berapa harganya?" Temanku menjawab "igo"? Dengan gaya sok saya berkata "igo kacamata ini?" Maksudnya sih mau bertanya berapa harga kacamata ini. Berhubung gak begitu paham bahasa korea ya dicampur dengan bahasa indonesia. Walaupun begitu penjual itu paham dengan maksud saya. Transaksi pun dimulai. Harga kacamata itu 30.000 ribu won. Saya pun menawarnya dengan harga 10.000 won tetapi penjual tersebut tidak menyetujuinya. Dengan bercanda sahabat saya berkata "tawar lagi saja 10.000 won untuk dua kacamata" saya terkejut "bagaimana bisa? Satu kacamata 10.000 won saja penjual tidak mau kasih bagaimana mungkin 10.000 won untuk dua kacamata?" Hingga kesudahannya saya nekat mencoba transaksi lagi. Dengan bahasa campur-campur (bahasa indonesia, bahasa inggris dan bahasa korea) diiringi gerakan tangan sebagai bahasa isyarat. Akhirnya transaksi tersebut pun selesai dengan penjualan dua kacamata seharga 10.000 won. Saya terkejut dan merasa tidak percaya. Saya membayar kacamata tersebut dan kemudian saya pergi menuju stasiun subway. Berhubung saya berpencar agak sulit saya menemukan teman-teman saya di pasar nampodong. Hingga saya kebingunggan harus berjalan kearah mana. Apalagi disekitar petunjuk jalan memakai bahasa korea. Dimana saya termasuk orang yang buta karakter disana alasannya ialah tidak tahu itu karakter apa dan bagaimana membacanya. Saya nekat bertanya kepada orang-orang yang sedang berjalan. "Subway...subway...tolong saya please...where is subway...?" Tanyaku pada salah satu orang yang sedang lewat. Hingga kesudahannya beliau memberitau saya sambil tangannya bergerak menawarkan jalan menuju kearah sana tentunya dengan bahasa korea yang sudah terang tidak begitu saya pahami. Karena dikorea masyarakatnya cenderung memakai bahasa korea. Dan kesudahannya saya pun berjalan menuju arah yang ditunjukkan oleh pejalan kaki tadi. Hingga kesudahannya saya menemukan lokasi stasiun subway yang saya cari. Dan ternyata teman-teman saya sudah berkumpul disana menunggu kedatangan saya. Salah satu sahabat saya bertanya "apa tadi kalian tidak tersesat ketika mencari lokasi subway?" Saya pun menjawab “mau bertanya nggak sesat dijalan. Walaupun saya gak paham bahasa korea. Tapi saya gak boleh malu untuk bertanya walaupun itu memakai bahasa campur aduk. Karena kalau saya malu bertanya saya sanggup tersesat di jalanan korea”. Sebuah negara yang masih absurd bagi saya" sahabat saya mengacungkan jempol tanda oke dengan pernyataan saya.
0 Response to "Cerita Rakyat 1 (Keong Mas)"